Saudara-saudariku, di Hari Raya Idul
Fitri ini, hari yang mustajab untuk berdoa, apa artinya dan apa jadinya diri
kita jika tidak ditolong oleh Allah, semoga Allah yang maha mendengar lagi maha
menatap, mengabulkan semua doa-doa kita. Marilah sejenak, kita tutupkan mata, kita
bebaskan pikiran, singkirkan dulu semua yang masalah kehidupan kita, kita berzikir,
lembut saja, Marilah kita merenungi diri dengan zikir yang sederhana tapi penuh
keyakinan bahwa Allah benar-benar mendengar, melihat, menyaksikan pertemuan
kita ini.
Saudara-saudariku,
Mari
kita kenang orang-orang di sekitar kita pada Idul Fitri yang lalu.
Sebagian di antara mereka tidak lagi bersama kita. Mereka tidak lagi tertawa
ria menjelang buka terakhir kemarin; mereka juga tidak berangkat ke
masjid pagi ini; mereka juga tidak akan mengulurkan tangannya untuk saling
memaafkan sebentar lagi hari ini. Mereka telah dipanggil, insya
Allah, untuk berlabuh di pangkuan kasih sayang Ilahi.
Saudara-saudariku,
Kenanglah orang
tua kita, Ayah dan Ibu kita. Ibu yang menyayangi kita, Ibu yang selalu
meneteskan airmata ketika kita pergi, Ibu yang rela tidur tanpa selimut demi
melihat kita tidur nyenyak dengan dua selimut. Ibu yang selalu meneteskan air
mata ketika kita terbaring sakit. Ibu yang selalu ingin melihat kita tersenyum
walaupun ia harus bekerja keras. Coba renungkan ketika ibu kita melahirkan kita,
Beliau rela mengorbankan nyawa untuk kita. Beberapa puluh tahun lalu saat kita
dikandung oleh orang tua kita, betapa bahagia mereka, mereka menantikan
kelahiran kita, dan mengharap anak yang akan lahir adalah anak yang sholeh dan
sholehah, yang berbakti dan selalu sayang kepada mereka.
Saat Ibu
melahirkan kita, ibu kita merasakan sakit yang amat sangat, menangis kesakitan,
antara hidup dan mati. Bahkan mungkin jika diberi pilihan oleh Tuhan antara
menyelamatkan nyawanya atau nyawa bayinya, pastilah ia akan memilih
menyelamatkan bayinya dari pada nyawanya sendiri, Tapi apa? Apa yg kita lakukan
saat ini, kita hanya melihat beliau, Ibu dan Ayah kita, dengan penderitaannya, mencaci
makinya, melawannya, mengacuhkannya… Apakah kita pernah berfikir ingin memeluk
mereka..?? Apakah terfikir dibenak kita untuk membuat mereka tersenyum??
Mungkin,
saat ini beliau masih ada, masih sehat. Tetapi perhatikanlah, bayangkanlah …
rambut mereka satu persatu makin memutih… kulit mereka makin berkerut… sinar
wajahnya makin meredup. Masihkah kita belum sadar? Kata-kata yang telah kita
ucapkan yang kadang membuat mereka terbangun di tengah malam untuk menangis
karena kata-kata kasar kita, namun mengapa kita tak pernah menyadari. Mengapa
kita tak mau minta maaf? Ingatlah… tak ada yang menjamin bahwa ibu kita akan
tetap ada mendampingi kita, saat nanti kita sukses, bahkan setelah pulang dari masjid
ini. Mungkin tadi sebelum kita berangkat kita masih bisa menemui ibu dan
ayah kita tersayang, masih bisa tertawa dan bercanda, meskipun mereka telah
tua, keriput, beruban. Sekarang kita bayangkan pada saat kita duduk disini, Ada
salah satu karib kerabat kita datang dan memberi kabar agar kita bergegas segera
pulang ke rumah. Setelah sampai di rumah, di depan pintu, tentu kita ingin
bertemu dan melihat sesosok lelaki yang selalu menjaga kita, membiayai sekolah
kita, yang rela membanting tulang untuk kita. Bayangkan, setelah kita sampai di
rumah, kita masuk kesebuah ruangan. Ruangan tempat Lelaki itu beristirahat. Namun
setelah kita masuk, kita melihat sesosok lelaki sedang berbaring, terbujur
kaku, Itulah sesosok laki-laki yang biasa kita panggil Ayah, Bapak kita yang
kita sis-siakan. Kita tidak bisa melihat senyumnya lagi, kita tak bisa
mendengar suara nya lagi. Kini masihkah kita ingin menyakiti hati mereka,
membuat mereka menangis karena tingkah laku kita. Ayah, ibu, maafkan kami. Maafkan
Anakmu yang tak tahu diri ini.
Allahuma shalli wa sallim wa barik’ala Muhammad,
wa’ala alihi wa ashbaihi ajmain.
Ya Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar, tiada Tuhan
yang berhak disembah selain Engkau.
Wahai Rabb Yang Maha Menyaksikan.
Engkau saksikan kami pada hari ini berkumpul di hadapan-Mu, sebagaimana kami
akan berkumpul di hari kiamat nanti.
Ya Allah, inilah kami,
hamba-hamba-Mu yang hina berlumur nista, kini tengah menengadahkan tangan
menghiba kepada-Mu. Sehina apapun diri kami, kami adalah makhluk ciptaan-Mu.
Kami memohon di hari yang penuh kemuliaan ini, ampunilah seluruh dosa-dosa
kami.
Rabbana zhalamna anfusana wa illam tagfir lana wa
tarhamna lanakunanna minal khasirin. (Wahai Rabb kami, sungguh kami telah
zalim kepada diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami, tentulah
kami akan menjadi orang-orang yang merugi).
Duhai Allah Yang Maha Mendengar,
ampuni orang tua kami. Ampuni segala kezaliman kami kepada ibu-bapak kami.
Andaikata kedurhakaan kami menjadi penggelap kehidupan mereka, maka jadikanlah
kami saat ini menjadi anak-anak yang saleh dan salehah yang dapat menjadi
cahaya bagi kehidupan orangtua kami, di dunia dan di akhirat.
Allahummaghfirlana wali walidaina warhamhuma kama
rabbayana sighara.
Ya Allah, selamatkanlah orang tua
kami yang berlumur dosa. Islamkan yang belum Islam. Beri hidayah bagi yang
masih tersesat. Pertemukan bagi yang belum pernah berjumpa ibu-bapaknya ya
Allah. Lapangkan kuburnya bagi yang ada di alam kubur. Cahayai kuburnya
dan ringankan hisabnya. Jadikan mereka ahli surga-Mu, ya Allah. Tolonglah ya
Allah, darah dagingnya melekat pada tubuh kami ini, air matanya, keringatnya.
Golongkan kami menjadi anak yang tahu balas budi.
Ya Allah, selamatkan seluruh anggota
keluarga kami. Jangan biarkan keluarga kami menjadi sumber bencana. Beri
hidayah bagi yang belum mengenal-Mu. Jangan biarkan keluarga kami cerai berai,
hina di dunia, hina di akhirat.
Ya Rabb, selamatkanlah guru-guru
kami, para ulama yang telah mewakafkan hidupnya di jalan-Mu. Selamatkan
orang-orang yang mendoakan kami, secara terang-terangan maupun tersembunyi.
Duhai Tuhan yang Maha Pengampun,
ampuni tetangga-tetangga kami, sahabat-sahabat kami. Ampuni para pemimpin atas
dosa-dosanya. Jangan biarkan bangsa kami dipimpin oleh orang yang tidak
mengenal-Mu, yang tega berkhianat kepada-Mu. Jadikan bangsa kami dipimpin oleh
orang-orang yang saleh, yang amat mencintai-Mu, mencintai agama-Mu, juga
mencintai hidup lurus di atas jalan-Mu.
Ya Allah yang Maha Mendengar,
berkahilah hari ini dan hari-hari selanjutnya. Demi keagungan-Mu ya Allah, demi
segala janji-janji-Mu yang tiada mungkin Engkau ingkari, ijabah-lah
siapapun yang bermunajat saat ini, ya Allah. Amin, amin, amin, ya Hayyu ya
Qayyum birahmatika nastain ya arhamar rahimin. Amin ya Allah. Amin ya Allah. La
ilaha illa Anta subhanaka inna kunna minaz zhalimin. Ya Hayyu ya Qayyum, ya
Hannan ya Mannan, ya Badius samawati wal ardhi, ya Dzal jalali wal ikram.
Ya Allah, berikan kelapangan bagi
yang dihimpit kesusahan. Berikan jalan keluar bagi yang dihimpit kesulitan. Beri
kecukupan bagi yang selalu kekurangan. Ya Allah, bayarkan bagi mereka yang
hidupnya dililit hutang.
Ya Allah, angkat derajat mereka yang
selalu dihina dan direndahkan. Lindungi kaum muslimin dan muslimat yang
terancam dan teraniaya. Tolonglah para pejuang di jalan-Mu. Dimanapun mereka
berada, tolonglah para mujahidin dan mujahidah yang siang malam berjuang
memuliakan agama-Mu.
Ya Allah, jadikan umur yang tersisa
ini menjadi seindah-indah umur. Jadikan siapapun yang bermunajat ini menjadi
ahli shalat yang khusyuk, ahli tahajjud, ahli puasa. Jangan
biarkan kami jauh dari Al-Quran. Jadikan kami di umur yang masih tersisa ini
menjadi ahli sedekah yang tulus, ahli amal yang istiqamah.
Allahumma inna nas’aluka imanan
kamilan wa yaqinan shadiqan wa qalban khasyi’an wa lisanan dzakiran. Allahumma
inna nas’aluka taubatan qablal maut, wa rahmatan ‘indal maut wa maghfiratan
ba’dal maut. Allahumma inna nas’aluka husnul khatimah wa na’udzubika min su’il
khatimah.
Allahummaghfir lil mukminina wal
mukminat wal muslimina wal muslimat, alahya’I minhum wal amwat, innaka sami’un
qaribun mujibud da’awat, ya qadhiyal hajat.
RABBANA ATINA FIDDUNYA HASANAH WAFIL
AKHIRATI HASANAH WAQINA ADZABANNAR.
Subhana rabbika rabbil ‘izzarti ‘amma yashifun
wasalamun ‘alal mursalin walhamdulillahi rabbil ‘alamin