Tanpa terasa waktu terus bergulir..... dari jam ke
jam....hari ke hari...dan bulan berganti bulan..... pada akhirnya kita kembali
menemukan dan mendapatkan suatu saat, dimana Allah mengundang dan menjamu
seluruh Muslim di dalam suatu pesta besar.... Pesta dimana kita semua dapat
sepuas-puasnya mereguk rahmat dan ampunan Allah Pesta dimana kita diberi
kesempatan besar untuk berjumpa dengan dengan Sang Pencipta Pesta dimana si
fakir, si miskin dan si yatim diberi kesempatan untuk merasakan nikmatnya rizki
melalui tangan-tangan kita sebagai orang yang berkecukupan.... betapa meriahnya
pesta tersebut, Dialah bulan Ramadhan......
Tangis haru
bercampur gembira meliputi kita semua, sebagai hamba Allah yang selalu
merindukan kehadirannya Akankah kita termasuk hamba-Nya yang beruntung? hamba
yang menyambut jamuan-Nya dengan penuh persiapan? hamba yang menghadiri
jamuan-Nya dengan "Iman" dan "Ihtisab (mengharap
ridho-Nya)"? Semoga Allah mendengar dan meng-ijabah pinta dan
harapan kita semua....
Saudaraku...
kita adalah salah satu teman karib dan rekan kerja, Sekian lama kita telah
mengenal, bertemu, bertegur sapa dan berinteraksi, Tawa canda, senda gurau,
bahkan perselisihan, sudah sekian kali kita alami bersama. Saat ini kita
menyadari, bahwa setiap kali kekhilafan dan kesalahanpahaman yang terjadi
adalah semata-mata karena kebodohan, keangkuhan dan kelemahan sebagai seorang
insan biasa, Betapa meruginya diri ini, sekiranya di saat kita bersiap
mengahadiri jamuan Allah di bulan Ramadhan, masih ada saudara-saudara kita yang
terluka hatinya karena kedzaliman tingkah laku dan ucapan kita......!!!
Saudaraku, melalui mimbar yang mulia ini.... disertai dengan segala ketulusan dan kerendahan hati..... Khatib mengajak kepada jamaah Jum’at sekalian, marilah kita saling memohon maaf sebesar-besarnya atas segala kedzaliman yang telah kita perbuat kepada saudara-saudara kita, memohon maaf atas segala segala prasangka buruk yang pernah terbersit di hati selama ini, Kiranya Saudaraku sekalian berkenan mengabulkan permohonan kami, Dan semoga Allah pun mengampuni dosa kita semua....aamiin, yaa rabbal’alamiin.
Saudaraku, melalui mimbar yang mulia ini.... disertai dengan segala ketulusan dan kerendahan hati..... Khatib mengajak kepada jamaah Jum’at sekalian, marilah kita saling memohon maaf sebesar-besarnya atas segala kedzaliman yang telah kita perbuat kepada saudara-saudara kita, memohon maaf atas segala segala prasangka buruk yang pernah terbersit di hati selama ini, Kiranya Saudaraku sekalian berkenan mengabulkan permohonan kami, Dan semoga Allah pun mengampuni dosa kita semua....aamiin, yaa rabbal’alamiin.
Marhaban yaa
Ramadhan.... Insya Allah kami semua akan menyambutmu dengan semangat Iman..
Hadirin
Rahimakumullah
Coba
perhatikan dirimu, wahai sahabatku ! Rupa wajahmu, mata indahmu, senyum
manismu, Subhanallah.. Adakah insan yang sama sepertimu di belahan dunia ini ?
Baik rupa, sifat maupun wataknya ? Tidak ada, bukan ?! tidak ada seorangpun
yang sama sepertimu, walau kembar sekalipun ! Dari sekian banyak manusia, dari
sekian triliun jiwa Pernahkah engkau temui ada yang sama satu dengan lainnya
Subhanallah,
Maha Besar Allah. Betapa Maha Kaya_Nya Dia. Tak seorangpun yang patut dipuji
selain Diri_Nya. Tidak ada sedikitpun yang pantas kita sombongkan atas diri
kita, Begitupun terhadap makhluk-makhluk_Nya.
Kita ini
dulu hanyalah dari setetes air mani yang hina, menjadi segumpal darah, kemudian
menjadi segumpal daging, tulang, kemudian dibalut dengan kulit, sehingga
jadilah kita, manusia, makhluk yang amat sempurna penciptaan_Nya. Sudah
selayaknya kita mensyukurinya.
Diri kita
hanyalah satu dari sekian banyak makhluk yang Ia ciptakan. Keciiil, tiada
artinyanya sama sekali dibandingkan dengan penciptaan langit dan bumi ini !
Pernahkah kita memikirkannya ?
Allah
menundukkan matahari dan bulan untuk kita, Matahari bersinar, bulan bercahaya..
Tidak mungkin bagi matahari mengejar bulan, dan malam mendahului siang
Masing-masing beredar menurut garis edarnya. Pernahkah kita memikirkannya ?
Allah
menghamparkan bumi dan meletakkan gunung-gunung yang kokoh, dan menumbuhkan
tumbuhan darinya segala macam jenis tanaman yang indah dipandang mata.
Allah
menurunkan air dari langit yang banyak manfaatnya, lalu menumbuhkan dengan air
itu pohon-pohon dan biji-bijian yang sebagian ada yang kita makan.
Allah
memberi kita minum dari apa yang berada dalam perut binatang ternak berupa susu
yang bersih antara kotoran dan darah, yang enak ditelan bagi orang-orang yang
meminumnya.
Allah
menundukkan langit dan dunia ini untuk kita, Langit sebagai atap, Bumi tempat
menetap. Semuanya patuh pada apa yang diperintahkan Allah kapadanya untuk
melayani kita. Pernahkah kita memikirkannya ?
Pernahkah
terpikir jika semua itu tidak ditundukkan Allah untuk kita, alamat dunia ini
akan hancur ? Dapatkah kita bayangkan apa yang akan terjadi ? Pernahkah terpikir
oleh kita, jika Allah lelah ataupun lengah sesaat, maka seluruh yang ada di
jagat raya ini akan binasa ?!
Fenomena
alam ini menunjukkan betapa Kuasa_Nya Allah akan segala sesuatu. Kelak suatu
saat nanti langit itu akan pecah berderai. Kelak suatu hari nanti bumi itu akan
terbelah-belah mengeluarkan apa yang dikandungnya. Tidak takutkah kita ?, Tidak
tergetarkah Qalbu dan jiwa kita ? Tidak bertambahkah keimanan, kecintaan serta
kerinduan kita pada_Nya ?
Tanpa kita
sadari, silih bergantinya siang dan malam dari detik menit kehidupan ini
menyadarkan kita. Baru saja kita lahir menjadi seorang bayi mungil, tahu-tahu
sudah sebesar ini. Baru saja kita merasa tentram berdekatan dengan orang-orang
yang kita sayang, tahu-tahu mereka telah pergi meninggalkan kita. Baru saja
kita tertidur dan terjaga, kemudian ? Kita dapati tubuh ini sudah tua, tenaga
sudah mulai berkurang, rambut sudah mulai beruban, mata sudah mulai
rabun..dan..??? Siap-siap untuk pulang, kembali kepada siapa Yang Menciptakan
kita.
Pada suatu
hari diwaktu shubuh, Setelah mengumandangkan azan di Masjid Madinah, lama Bilal
menanti kehadiran Rasulullah keluar dari peraduannya untuk shalat berjamaah,
namun Rasul belum juga muncul. Karena itu, pergilah Bilal menemuinya, antara
perasaan cemas kalau-kalau Rasul yang amat dicintainya jatuh sakit.
Sesudah
minta izin kepada Siti Aisyah, Bilal segera menuju ke kamar tidur Rasulullah.
Ketika sampai dimuka pintu, Bilal melihat ke dalam, kamar yang sederhana tanpa
ada kasur tebal seperti kasur kita di sini, tidak ada bantal bersulam yang
indah melainkan hanya seonggok rumput kering di sudut, itulah kekayaan Rasul
kita, sebagai Pemimpin Dunia yang telah menggerakkan revolusi yang paling
berhasil dalam sejarah kemanusiaan selama dunia berkembang.
Didapatinya
Nabi kita Saw sedang duduk di atas sajadah menghadap Qiblat, menangis
tersedu-sedu. Bertanya Bilal, "Ya Nabiyallah, apakah gerangan yang
menyebabkan dikau menangis? Padahal kalau ada juapun kesalahanmu, baik dahulu
ataupun nanti, akan diampuni oleh Allah".
Kemudian
Rasulullah menjawab, "Wahai Bilal, tengah malam telah datang Jibril
membawa wahyu kepadaku dari Allah Swt, "Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka. (QS. Ali Imran 3:190-191)
Sengsara hai
Bilal!, bagi orang yang membaca akan ayat ini lalu tidak difikirkannya.
Apa maksud
Rasulullah Saw tersebut, wahai sahabatku ? Firman Allah dalam QS. Ali Imran 3 :
190-191 di atas dan ungkapan Nabi tersebut mengandung makna yang dalam bagi
kita untuk senantiasa merenung dan memikirkan Fenomena alam yang ada di
sekeliling kita.
Jiwa yang
suci bersih dapatlah mendengar dan melihat indahnya alam ini. Disana terdapat
tiga sifat Tuhan, yaitu Jamal (indah), Jalal (agung), dan Kamal (sempurna).
Semua yang ada ini adalah dinding pembatas kita dengan Dia. Tetapi bilamana
kita berusaha menembusnya (dengan sekuat jiwa) insya Allah, dengan penglihatan
ruhani yang bersih, niscaya terbukalah hijab itu. Hanya mata yang lahir ini
saja yang melihat batas itu, melihat berbagai fenomena alam Gunung menjulang
tinggi, deburan ombak, awan berarak, kembang bermekaran. Adapun mata ruhani
mulailah menembus dinding itu. Bukan dinding lagi yang kelihatan, tetapi
pencipta dari semuanya itu, "Allah".
"Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka".
Terakhir,
marilah kita merenung sejenak.
Dia mengaku
Allah Tuhan yang Esa
tapi bacaan syahadat dia lupa
mushaf alqur'an menjadi pajangan dalam rak sempit
sedangkan koran dan majalah menjadi bacaan wajib
tapi bacaan syahadat dia lupa
mushaf alqur'an menjadi pajangan dalam rak sempit
sedangkan koran dan majalah menjadi bacaan wajib
Dia mengaku
Islam
Walau Sholat jarang dia tegakkan
kesibukan menjadi sebuah alasan
sibuk main, sibuk kerja, atau sibuk fesbukan
Walau Sholat jarang dia tegakkan
kesibukan menjadi sebuah alasan
sibuk main, sibuk kerja, atau sibuk fesbukan
dia mengaku
iman
walau puasa ramadhan sering dia tinggalkan
saat saudaranya kehausan dan kelaparan
dia asyik nongkrong di warung makan
dia mengaku ihsan walau puasa ramadhan sering dia tinggalkan
saat saudaranya kehausan dan kelaparan
dia asyik nongkrong di warung makan
tapi zakat tak pernah dia tunaikan
ibadah haji dianggapnya jalan-jalan
hanya mengharapkan penghormatan dari kawan
jika dia itu adalah kita semua
ingatlah, saat nanti kita meregang nyawa
takkan ada bekal dibawa
kecuali amal sholih selama hidup di dunia
kala Mungkar dan Nakir mengajukan tanya
hanya iman dan taqwa yang mampu menjawabnya
sebelum saat itu menghampiri
mari kita perbaiki diri
berusaha mensucikan hati
hingga ajal menjemput kita nanti
#
Disusun dari banyak sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan tulis kritik dan saran Anda. Yang membangun ya...!!