Renungan Hari Pertama Ramadhan...

Sahabat-sahabat yang dimuliakan Allah Shubhanahu wa ta’alla, hidup yang hanya sekali ini tidak boleh gagaltidak boleh layu sebelum berkembang, tidak boleh merasa menjadi orang yang terpinggirkan, apalagi menyalahkan keadaan dan diri kita sendiri. Marilah kita merenung dan bertadabur dalam bulan Ramadhan yang penuh berkah dan penuh aroma syurgawi ini dengan ayat-ayat ilahi.
Kehidupan yang diberikan Allah Shubhanahu wa ta’alla  ini telah dianugrahkan kepada kita lengkap satu paket, ada tawa canda dan duka nestapa, ada senyum riang dan sedu sedan kesedihan, ada kegelisahan dan kecemasan yang menyertai, tetapi ada juga ketenangan dan ketabahan mengimbanginya.
Kehidupan ini juga dipenuhi dengan perhiasan yang memabukkan jiwa dan fikiran sehingga melupakan Allah Shubhanahu wa ta’alla, tetapi ada juga perhiasan yang menambah indah pesona jiwa, fikiran dan akhlak kita sehingga menjadi manusia yang bermanfaat dalam setiap tarikan  nafasnya.
Terkadang kitapun terbuai dengan aroma harta, tahta dan wanita, sehingga lupa kepada AllahShubhanahu wa ta’alla, tetapi terkadang kitapun tersadar dari mabuknya dengan sesadar-sadarnya dan akhirnya merasakan kembali belaian aroma iman dan takwa karena merindukan Sang Pencipta.
Kita mencoba mengingat kembali, semua hal yang mengantarkan kita pada hari ini. Ketika kita memijakkan kaki di tanah yang lapang, dengan sekeliling pegunungan hijau nan permai. Semua perjalanan dari pertama kali kita mengenal dunia, kita mengenal kata dan angka, kita mengenal membaca, kita mengenal Tuhan, Allah subhanahu wa ta'ala.
Kita melihat semuanya terasa begitu indah, rapi sekali. Setiap dinamika yang terlalui penuh tantangan, penuh cerita, penuh warna yang tidak mampu kita lukiskan hanya dalam selembar kanvas. Kita butuh berlembar-lembar, kita butuh beribu, berjuta lembar untuk mengungkapkan semua goresan perjalanan yang membawa kita pada hari ini. Betapa teduhnya jiwa, ketika menyadari semuanya berjalan dengan restu Allah Yang Maha Kuasa. Betapa ikhlas senyum yang disinari lembut mentari ketika menyadari mimpi-mimpi bukan lagi dalam angan tetapi ia-nya nyata dalam pandangan, dan kita pun kini tidak akan pernah berhenti bersabar dalam ikhtiar. Kita akan berjalan perlahan menikmati perjalanan ini, hingga kita sampai pada gerbang berikutnya. Kita tidak akan tergesa-gesa. Kita juga tidak perlu berprasangka, karena kita tau semua selalu dalam rencanaNya. Karena kita tahu bahwa Allah tidak menjanjikan langit selalu biru, bunga selalu mekar bahkan mentari selalu bersinar di tiap kehidupan. Namun kita tau bahwa Allah berjanji dengan Rahman dan RahimNya akan selalu bersama kita dalam keadaan apapun. Ia memberi pelangi di tiap badai, senyum di tiap derai air mata, berkah di tiap cobaan, ayat-ayat cinta di tiap helaan nafas, dan jawaban di tiap doa-doa kita.

Tidak ada satupun yang tidak disaksikan Allah. Tidak ada satupun yang tidak didengar Allah. Tidak ada satupun yang  lepas dari Kekuasaan Allah. Tidak ada satupun yang dapat terjadi tanpa izin Allah. Oleh karena itu, siapapun yang punya keinginan, punya harapan, punya ketakutan. Tetapi tidak kembali kepada Allah, maka itulah persoalan terbesar kita. Apapun yang kita inginkan pasti dalam kekuasaan Allah. Apapun yang kita cemaskan, pasti dalam genggaman Allah. Seharusnya kepada Allah lah kembalinya segala urusan, baik harapan maupun ketakutan. Semuanya berawal dari kita, apakah kita mau kembali kepada-Nya, memenuhi panggilan-Nya.
Saudaraku…..
Lima kali dalam sehari kita dipanggil ALLAH SWT lewat perantara Para Muadzin yang mengumandangkan Adzan,... dari Surau-surau...dari Musholla-musholla...atau dari Masjid-masjid...
Kalau kita mau menghitung-hitung, sudah berapa ribu kali kita mendengar Adzan…Bisa jadi sudah ribuan kali kita mendengarnya... Lantunan itu...sering kita dengar..... baik diwaktu subuh, siang, sore maupun malam.
Sebulan jika dirata-rata tiga puluh hari, berarti kita sudah dipanggil ALLAH SWT sebanyak seratus lima puluh kali. Setahun dua belas bulan, berarti kita dalam satu tahun dipanggil ALLAH SWT kurang lebih seribu delapan ratus kali...Allahu akbar...Subhanallah.....Maha Suci ALLAH....
Pertanyaannya...
Sudah berapa kali kita memenuhi panggilan itu Saudaraku....Sepuluh kali...Seratus kali...Seribu kali... Atau bahkan kita seringkali mengabaikan panggilan itu...Panggilan ALLAH SWT yang memberi kehidupan kepada kita...Memberikan Nafas kepada kita...Memberikan Rejeki kepada kita...Memberikan Ketenangan, Kebahagiaan dan Kedamaian kepada kita...Memberikan segala kenikmatan yang pernah kita rasakan selama hidup di dunia...
Adzan hakekatnya adalah panggilah ALLAH SWT kepada Ummat Islam, kepada kita yang mengaku sebagai Ummat Islam. Yang mengaku ALLAH SWT sebagai Tuhan kita....Dan Nabi Muhammad SAW sebagai Uswah kita, sebagai Teladan Terbaik kita semua...
”Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Tuhan, mereka (disediakan) balasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan-NYA, sekiranya mereka memiliki semua yang ada di bumi dan ditambah sebanyak itu lagi, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu. Orang-orang itu mendapat hisab (perhitungan) yang buruk dan tempat kediaman mereka Jahanam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.”(Al Qur’an Ar Ra’d : 18).
Saudaraku...
Memenuhi panggilan Allah untuk shalat berjamaah di Masjid memang sangat sulit, dan menjadi perjalanan terjauh dan terberat, sebab banyak orang kaya raya tidak sanggup mengerjakannya. Jangankan sehari lima waktu, bahkan banyak pula yang Jum'at seminggu sekali pun terlupa, tidak jarang pula seumur hidupnya tidak pernah singgah ke sana.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah melangkah ke masjid, karena orang pintar dan pandai pun sering tidak mampu menemukannya, walaupun mereka mampu mencari ilmu hingga ke university di Eropa juga Amerika, dapat melangkahkan kaki ke Jepang, Australia dan Korea dengan semangat yang membara, namun ke masjid tetap saja perjalanan yang tidak mampu mereka tempuh walau telah bertitel S3.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah menuju ke masjid, karena para pemuda kuat dan bertubuh sehat yang mampu jogging, maen futsal, tenis, badminton atau bahkan menaklukkan puncak gunung tertinggi pun sering mengeluh ketika diajak ke masjid, alasan mereka pun beragam, ada yg berkata sebentar lagi, masih sibuk, tanggung, masih panjang waktu, atau ada yang berucap tidak nyaman dicap alim.
Perjalanan terjauh dan terberat adalah melangkah ke masjid, maka berbahagialah dirimu wahai saudaraku...bila dari kecil engkau telah terbiasa dan dibiasakan melangkahkan kakimu ke masjid, karena bagi kami sejauh manapun engkau melangkahkan kakimu, tidak ada perjalanan yang paling kami banggakan selain perjalananmu ke masjid...
Biar kuberi tahu rahasia kepadamu, sejatinya perjalananmu ke masjid adalah perjalanan untuk menjumpai Rabb-mu dan itulah perjalanan yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad SAW serta perjalanan yang akan membedakanmu dg orang2 yang lupa akan Rabb-nya.
Perjalanan terjauh dan terberat itu adalah menuju ke masjid, maka lakukanlah  walau engkau harus merangkak dalam gelap subuh demi mengenal Rabb-mu...!!!

--------
Dari banyak sumber
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Recent

About Me

Foto saya
Kita tidak akan mendapatkan hasil berbeda, jika tetap melakukan hal yang sama...

Bottom Ad [Post Page]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Full width home advertisement