Bagaimana menghancurkan Islam...?

Tulisan ini bersifat sensitif, mohon dibaca sampai habis agar tidak gagal paham...!!!
---
Jika saja tolak ukur kekuatan sebuah agama adalah jumlah penganutnya, maka Islam menempati posisi dua dunia. Berdasarkan data dari The Future World Relegion & PEW Research Center, Islam pada 2010 memiliki jumlah penganut lebih dari 1,6 milyar jiwa, 23,2% dari total populasi dunia. Namun, kuantitas tidak selamanya menjadi sumber kekuatan. Malah bisa jadi menjadi salah satu variabel kelemahan. Mengapa demikian...?
Pertanyaan ini sebenarnya sudah terjawab lebih dari 14 abad yang lampau, sehingga judul pada tulisan ini; "bagaimana menghancurkan Islam...?" sebenarnya adalah literasi basi yang sudah menjadi rahasia umum, baik di kalangan internal Islam sendiri, external, atau kelompok-kelompok yang menyimpan permusuhan terhadap Islam baik secara sembunyi maupun terangan-terangan. Jadi, jangan kaget dengan judulnya jika terbaca bombastis, tujuan tulisan ini adalah me-review sisi lemah kita kemudian mereformasinya agar menjadi kekuatan tak tertandingi. Diakhir tulisan, saya akan mencoba memaparkan apa step by step strategi yang harus kita lakukan termasuk dampak/resiko yang mau tidak mau harus kita terima jika mulai terbangun dari tidur panjang kita.
---
“Sesungguhnya Allah menggulung bumi untukku sehingga aku bisa melihat timur dan baratnya. Dan sesungguhnya kekuasaan ummatku akan mencapai apa yang telah dinampakkan untukku. Aku diberi dua harta simpanan: Merah dan putih. Dan sesungguhnya aku meminta Rabbku untuk ummatku agar Dia tidak membinasakan mereka dengan kekeringan menyeluruh, agar Dia tidak memberi kuasa musuh untuk menguasai mereka selain diri mereka sendiri sehingga menyerang perkumpulan mereka. Dan sesungguhnya Rabbku berfirman, “Hai Muhammad, sesungguhnya Aku bila menentukan takdir tidak bisa dirubah, sesungguhnya Aku memberikan untuk umatmu agar mereka tidak dibinasakan oleh kekeringan menyeluruh dan Aku tidak akan memberi kuasa musuh untuk menyerang mereka selain diri mereka sendiri lalu mereka menyerang perkumpulan mereka, walaupun musuh mengepung mereka dari segala penjurunya, hingga akhirnya sebagian dari mereka (umatmu) membinasakan sebagaian lainnya dan saling menawan satu sama lain.” (HR. Muslim no. 2889).
---
Nampak dengan jelas, bahwa kelemahan terbesar kita sebagai umat adalah persatuan. Betapa kekuatan kita sudah tercerai berai dalam kelompok-kelompok kecil. Hadits di atas, jika disikapi secara negatif, menunjukkan rahasia cara menghancurkan kita, yaitu memanfa'atkan orang-orang Islam sendiri. Bagaimana bisa, kelompok agama terbesar ini dihancurkan persatuannya...? dikebiri kekuatannya...? dan pada akhirnya dieliminasi hingga hanya sebatas status agamanya saja...? Padahal, setiap hari kita disatukan dalam ritual shalat, setiap minggu kita disatukan dalam ritual jum'atan, dan setiap tahun kita disatukan dalam ritual puasa... bahkan satu tahun sekali, kita mengadakan "konsfrensi" terbesar di dunia dalam bentuk ibadah haji... Terlebih kita adalah super power dunia selama lebih dari 7 abad.
Tentu bukan perkara mudah, tetapi itulah kenyataannya. Sekarang mari kita kenali kelemahan kita ini agar kita bisa menyusun program solutif, terencana, efektif dan efisien dalam membangkitkan kembali persatuan umat ini.
Islam adalah sistem yang mengatur kehidupan manusia, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling komplek. Islam adalah benteng tangguh tanpa celah, tidak ada pintu masuk untuk menyerang secara frontal. Maka langkah yang paling tepat untuk menghacurkannya adalah design by system. Program multi years, multi generasi. Digerogoti secara perlahan-lahan melalui proses akulturasi dan semuanya berawal dari sistem ekonomi. Strategi yang digunakan adalah strategi kamuflase. Kita dininabobokan dengan kualitas personal, hingga akhirnya terjebak dalam menara gading keangkuhan. Kita dibelai dengan konsep rahmatan lil'alamiin namun keliru dalam penerapan. Lebih diperparah lagi dengan lantunan irama sekulerisme dan liberalisme yang menghanyutkan sehingga kita kebablasan dalam memaknai kata toleransi bahkan sampai ke ranah akidah.
Itulah gambaran Islam saat ini. Semuanya berawal dari gagalnya kita di bidang ekonomi, yang membuat kita tidak mampu mandiri. Berlanjut hilangnya kendali kekuasaan. Perlahan tapi pasti, Islam akan kembali menjadi terasing, justru bukan di tengah rendahnya kuantitas tetapi lebih karena minimnya kualitas.
Bagaimana solusinya...???
Dari banyak dalil, Islam kembali akan menjadi penguasa dunia di akhir jaman nanti. Namun, janganlah kita terpesona dengan masa depan, mari kita hadapi realita kita hari ini. Seberapa besar peluang kita...?
Jika ditanyakan ke saya, apa yang akan kamu lakukan untuk kebangkitan Islam. Maka saya akan menjawab, hanya ada 1 cara, BERSATU. Tinggal sekarang bagaimana kita memaknai cara untuk bersatu ini. Saya memilih cara yang softly. Sebab jika kita memilih type hard, maka kita akan berbenturan dengan multi kekuatan dunia yang hari ini memang sudah mengarahkan "moncong senjatanya" kepada kita. Label teroris pun serta merta tersemat di dada kita. Dengan menggunakan cara ini, bukan membuat kita menang, justru membuat mereka semakin jumawa, seolah kampanye yang dibangun sejak 09/11/2001 menjadi tidak terbantahkan dan menjadi legitimasi untuk menghabisi kita.
Bagaimana dengan khilafah...?
Dengan tanpa mengurangi rasa hormat kepada para guru yang memperjuangkannya, jika melihat kondisi kekinian maka kita harus mengkaji secara kritis dampaknya. Contoh, bagaimana negara-negara mayoritas Islam seperti Libya, Tunisia, Aljazair, Irak dll bisa dihancurkan hanya dalam 1 kali "roadshow" saja (justru katanya menggunakan people power). Ah, mereka kan tidak menggunakan sistem khilafah melainkan sistem lain. Kita bayangkan saja sederhanya, negara yang sudah berdiri puluhan tahun saja bisa dengan mudah ditumbangkan, apalagi yang baru mau didirikan di tengah banyaknya perbedaan pro dan kontra. Tentu akan lebih mudah dan justru membuka jalan invasi.
Bagaimana jika menguasai sistem pemerintahannya...? mari belajar dari Mesir, menang lewat sistem pun tidak menjamin. Masih bisa dikudeta. Beruntung, Allah tidak melihat hasil menang atau kalahnya, tetapi bagaimana kita berproses untuk menuju kesana.
Berdasarkan pemahaman di atas, maka langkah terbaik yang bisa kita lakukan adalah meniru (dengan modifikasi) cara-cara yang mereka lakukan. Bagaimanapun, jika dilihat dari sudut pandang berbeda, kita tahu ada invisible hand yang mengendalikan dunia. Tidak nampak oleh kita, tetapi kita rasakan dampaknya. Tidak dalam bentuk negara, tetapi dalam bentuk sistem yang mengendalikan negara-negara yang berujung pada konsep new world order.
Mengapa harus meniru...?
Konsep new world order pada prinsipnya tidak berbeda dengan konsep rahmatan lil'alamin. Yang membedakan adalah CARAnya (baca: proses mencapainya) dan muatan-muatannya kelak ketika sistem ini berkuasa. Mereka memulainya dari sistem ekonomi (perbankan), dimana mereka memiliki otoritas keuangan. Ketika sudah mendapatkan legitimasi ini, mereka pun mulai menancapkan kuku-kuku kekuasaannya pada negara-negara dengan sistem utang. Digdaya dalam hal keuangan menjadikan mereka mampu menjadi kiblat dunia dalam segala bidang.
Makanya, kita pun harus memulai dari lini yang sama, namun bukan one by one. Kita bisa kolaborasikan secara keseluruhan. Kita butuh "Khadijah" sebagai simbol ibu dalam pendidikan keluarga, kita butuh “Ali ra.” sebagai manifestasi kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kita butuh “Utsman ra.” sebagai kekuatan ekonomi dan teladan kewirausahaan. 3 kekuatan inilah yang dapat kita persiapkan dan kita bangun sekarang. Untuk selanjutnya kita menunggu tokoh-tokoh yang berperan sebagai Umar ra. Saat itulah kita bisa bersikap layaknya Abu Bakar ra yang menerima kebenaran tanpa bertanya bagaimana caranya, sekaligus simbolisasi perjuangan tanpa perhitungan.
---
Disarikan dari banyak sumber, semoga menjadi ladang pahala bagi penulis aslinya
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Recent

About Me

Foto saya
Kita tidak akan mendapatkan hasil berbeda, jika tetap melakukan hal yang sama...

Bottom Ad [Post Page]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Full width home advertisement