Binatang dan Bencana...

Prilaku tak lazim beberapa jenis hewan sebelum terjadi bencana dianggap sebagai sebuah insting dimana hewan-hewan tersebut memiliki kemampuan untuk merasakan anomali perubahan kondisi alam yang dapat membahayakan dirinya, sehingga mereka memilih untuk pergi meninggalkan habitat awal mereka.
Prilaku seperti ini terekam dalam beberapa catatan sejarah, hasil laporan penelitian dari beberapa universitas, national geographic dan lain-lain.
Walaupun begitu, ada juga yang skeptis, salahsatunya adalah USGS yang menganggap bahwa prilaku tersebut hanya kebetulan dan tidak ada hubungannya dengan kejadian bencana.
Ya, itu dikarenakan mereka belum mampu membuat sensor dengan akurasi yang mampu mendekati insting hewan-hewan tersebut. Sehingga lebih menganggap itu sebagai mitos yang tidak ada relevansinya.
Uniknya, di lembaga yang berbeda, mampu membuat sensor yang mampu mendekteksi gelombang gravitasi, yang konon jaraknya 1,3 milyar tahun cahaya dari bumi.
Sederhana sebenarnya, detektor gravitasi hanya bisa dipahami oleh segelintir orang dan tidak ada efek yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Sementara itu, detektor bencana, akurasi dan validitasnya langsung dirasakan oleh masyarakat. Tentu juga kredibilitas pembuatnya akan langsung bisa diketahui. Sehingga ada evaluasi pertanggungjawaban terhadap alat, pembuat dan lembaganya, makanya tidak ada yang berani mengklaim berhasil membuat detektor bencana dengan akurasi mendekati 100%.
Detektor LIGO...?? akurasi, validitas dan kredibilitasnya tentu hanya diketahui oleh mereka-mereka saja. Kita hanya dianggap sebagai user yang cukup tau saja.
---
1 detik cahaya = 300.000 km; 1 tahun cahaya = 300.000 km/detik x 60 detik/menit x 60 menit/jam x 24 jam/hari x 365,25 hari/tahun = 9.467.280.000.000 km.
1,3 milyar tahun cahaya = silakan hitung sendiri...