GURU; Bukan Kesempurnaan, Tetapi Ketulusan

---
Di benak banyak orang, guru adalah cahaya yang tak pernah redup, sosok yang setiap kata-katanya adalah mutiara, dan setiap nasihatnya adalah kebenaran yang tak tergoyahkan. Mereka membayangkan seorang yang suci tanpa cela, yang tak pernah salah, yang setiap langkahnya adalah teladan sempurna.
Mereka datang dengan harapan tinggi, hati yang penuh kekaguman, dan rasa percaya yang mendalam. Di hadapan mereka, seorang guru bukan sekadar manusia, tapi semesta kebijaksanaan yang tak pernah salah arah.
Namun seiring waktu, yang mereka temukan bukanlah cahaya tanpa bayang, melainkan manusia dengan segala keterbatasannya. Seorang yang kadang tersenyum, tetapi juga kadang letih. Kata-kata yang sering bijak, tetapi terkadang terselip kealpaan. Tangan yang menuntun, namun sesekali gemetar kelelahan.
Dan perlahan, kekaguman itu memudar. Kekaguman berubah menjadi pertanyaan, bahkan kekecewaan. "Apakah ini yang disebut guru?" Sosok yang mereka agungkan mulai terlihat manusiawi. Penuh kehangatan, namun sesekali tergelincir dalam kekhilafan. Penuh ilmu, namun tetap belajar.
Tetapi pagi ini menyimpan rahasia yang agung. Mentari yang bersinar cerah bukanlah tanpa awan, tetapi ia tetap bercahaya, menembus mendung yang sesekali datang. Embun yang berkilau di ujung daun bukanlah tanpa proses, tetapi lahir dari uap yang menetes, mendingin, dan mengumpul menjadi tetesan bening.
Begitu pula seorang guru. Ia bukanlah sosok yang tak pernah salah, tetapi seseorang yang berjalan lebih dulu, menyinari rute dengan ilmu yang ia miliki, meskipun dirinya sendiri masih dalam perjalanan. Ia bukanlah mata air yang tak pernah kering, tetapi telaga yang tetap jernih karena ketulusan hati yang terus mengalir.
Mereka bukanlah malaikat yang tak pernah salah, tetapi manusia yang berusaha tulus. Kekuatan seorang guru bukanlah pada kesempurnaannya, tetapi pada ketegarannya. Pada kemampuannya bangkit setelah salah. Pada keikhlasannya meminta maaf dan membimbing dengan cinta.
Mereka adalah lilin yang tak pernah padam, bukan karena tak pernah redup, tetapi karena selalu menyala kembali, meski diterpa angin ujian. Mereka adalah sungai yang tak pernah kering, bukan karena airnya tak habis, tetapi karena selalu menerima dan memberi dari hulu ke hilir.
Maka jangan berharap menemukan guru yang sempurna, karena kesempurnaan bukanlah milik manusia.
Karena pada akhirnya, bukan ketidaksempurnaannya yang menjadi cela, tetapi ketulusannya yang menjadi cahaya. Ia adalah bintang yang mungkin tampak kecil di kejauhan, namun sinarnya selalu menjadi petunjuk dalam kegelapan.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Recent

About Me

Foto saya
Kita tidak akan mendapatkan hasil berbeda, jika tetap melakukan hal yang sama...

Bottom Ad [Post Page]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Full width home advertisement