TENANG DI TENGAH GELOMBANG

---
Angin senja berhembus lembut, menyapu daun-daun yang berguguran. Langit berwarna jingga, mengiringi kepulangan burung-burung ke sarangnya. Di balik keheningan senja itu, sebuah kisah tentang kekuatan terungkap, bukan dari tangan yang terkepal atau suara yang lantang, tetapi dari hati yang mampu meredam badai di dalamnya.
Adalah seorang pemuda, wajahnya memerah, nafasnya memburu. Tulisan menyakitkan baru saja menghantam pikirannya, seperti bara api yang dilemparkan ke dalam dadanya. Amarah bergejolak, meluap seperti air mendidih. Hatinya ingin berteriak, tangannya ingin mengayun, seolah-olah kekuatan itu ada pada otot dan keberanian untuk membalas.
Namun, di tengah badai perasaannya, ada suara lembut yang bergema di hatinya. Sebuah ingatan yang tiba-tiba muncul, layaknya embun yang menyejukkan: "Orang kuat bukanlah orang yang sering menang berkelahi, tetapi orang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya ketika marah."*
Kata-kata itu bukan sekadar kalimat, tetapi cermin yang memantulkan kenyataan. Kekuatannya bukan pada kemampuan untuk membalas, bukan pada suara yang meninggi, tetapi pada ketenangan yang mampu ia ciptakan di tengah kemarahan. Maka ia menarik napas panjang, merasakan angin yang sejuk menyusup ke dalam dadanya. Ia mengalihkan pandangannya, menatap langit senja yang tenang.
Bukankah kekuatan sejati adalah mampu menjaga keteduhan hati saat badai datang?
Bukankah kekuatan sejati adalah mampu tersenyum saat hinaan mencoba melukai?
Bukankah kekuatan sejati adalah mampu memilih diam, bukan karena kalah, tetapi karena tahu bahwa ketenangan adalah kemenangan tersendiri?
Di dunia yang semakin bising, di tengah orang-orang yang berlomba-lomba meninggikan suara untuk membuktikan kekuatan, mungkin sedikit yang mengerti bahwa kekuatan bukanlah seberapa keras kita berbicara, tetapi seberapa lembut kita mampu menahan diri.
Bukan tentang seberapa banyak pertengkaran yang kita menangkan, tetapi seberapa banyak hati yang kita selamatkan dengan kesabaran.
Dan pemuda itu pun tersenyum, bukan karena ia tidak memiliki kekuatan, tetapi karena ia baru saja menemukan kekuatan yang sesungguhnya. Kekuatan yang tidak terlihat dari otot yang menegang atau kata-kata yang memotong. Kekuatan yang hadir dari ketenangan jiwanya sendiri.
---
NB.
*Kutipan Hadits Rasulullah SAW
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Recent

About Me

Foto saya
Kita tidak akan mendapatkan hasil berbeda, jika tetap melakukan hal yang sama...

Bottom Ad [Post Page]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Full width home advertisement