Kadang, yang membimbing justru tak pernah bersuara nyaring. Ia hadir dalam diam, memberi tanpa pamrih, menuntun tanpa mengikat. Keberadaannya tak selalu disadari sebagai cahaya, seringkali hanya dianggap bayang.
Selama waktu masih berputar, langkah sering melaju tanpa peduli pada arah yang ditunjukkan. Kalimat-kalimatnya terdengar biasa. Tatapannya sering tak ditangkap maknanya. Nasihatnya kadang bahkan dilawan dengan logika.
Lalu datanglah hening yang mengguncang. Saat tak lagi ada suara. Tak lagi ada tatapan penuh kasih sayang. Yang dulu dianggap biasa, ternyata adalah pelita. Yang dulu dibantah, ternyata adalah benteng dari gelap yang tak terlihat. Tersisa penyesalan, bukan hanya karena kehilangan, tapi karena kebersamaan telah disia-siakan. Dan waktu, tak pernah mau mengulang.
Kita sering lupa… bahwa detik-detik yang tampak biasa ternyata menyimpan keajaiban. Kita anggap kehadirannya akan selalu ada, senyumnya takkan pernah pudar, suaranya akan terus menyapa. Kita tertawa bersamanya tanpa sadar bahwa suatu saat, tawa itu akan tinggal kenangan. Kita diam ketika seharusnya bicara, menunda peluk ketika waktu menuntut perpisahan.
Waktu tak pernah memberi jeda untuk kembali. Yang tersisa hanyalah ruang kosong yang tak lagi bisa diisi, dan hati yang kini menyesal, karena baru menyadari betapa berharga kebersamaan… justru setelah semuanya telah pergi. Dan luka yang paling dalam… adalah saat kita sadar bahwa kita pernah bersikap biasa pada seseorang yang luar biasa.
---
Dalam ruang publik yang semakin terbuka, informasi bisa berlari lebih cepat dari klarifikasi. Banyak hal terpotong, tertukar, bahkan disalahpahami. Di tengah derasnya arus narasi dan opini, terkadang diperlukan sebuah ruang untuk menata ulang makna, menjernihkan suasana, dan mengembalikan percakapan kepada niat awal: mencari kebenaran, bukan memburu kesalahan. Maka tulisan ini bukan semata bantahan, apalagi pembelaan. Ini adalah hak jawab yang penuh cinta, disampaikan bukan dengan nada tinggi, tetapi dengan hati yang ingin mengedukasi. Sebab yang kami yakini, kebenaran tidak perlu dipaksakan, cukup dihadirkan dengan sabar dan terang. Dan jika masih ada yang berbeda pendapat, maka kami anggap itu bagian dari dinamika ilmu dan perjalanan pemahaman umat. Kami hadir di sini bukan untuk menang dalam debat, melainkan untuk menjelaskan dengan adab, semoga menjadi bagian kecil dari cahaya di tengah zaman yang sering gelap oleh prasangka.