PEMIMPIN AKHIR ZAMAN: Di Utus Tuhan atau Dipilih Manusia?


Ketika dunia terasa kian sempit oleh kezhaliman dan kerusakan yang merajalela, banyak hati yang merintih dalam diam, menanti sosok yang dijanjikan, pemimpin akhir zaman yang akan menegakkan kembali keadilan di atas bumi yang lelah. Di tengah kabut ketidakpastian itu, muncul satu pertanyaan yang menggugah benak; apakah pemimpin itu diutus oleh Tuhan, ataukah dipilih oleh manusia?
"Seandainya dunia tinggal sehari, niscaya Allah akan memanjangkan hari itu hingga Dia mengutus seorang laki-laki dari keluargaku, namanya seperti namaku, dan nama ayahnya seperti nama ayahku. Ia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman."
Pemimpin itu tak datang dengan panggung, tepuk tangan, atau sorotan kamera. Ia lahir dari sunyi, dibesarkan dalam kefanaan yang tersembunyi, hingga tibalah waktunya. Ia mungkin tak menyadari dirinya sendiri, sampai takdir mengetuk pintunya. Dan saat dunia menolaknya, langit justru membelanya. Karena ia bukan datang untuk menyenangkan manusia, tetapi untuk menegakkan perintah Allah. Ia akan ditolak oleh yang gemar kekuasaan, dicurigai oleh yang nyaman dalam kebatilan, tetapi disambut oleh mereka yang jiwanya bersih, yang ruhnya masih tersambung dengan cahaya samawi.
Manusia punya hak untuk memilih, tetapi pemimpin ini bukan hasil pemilihan. Saat ia datang, tugas kita bukan mengangkat, tetapi mengenali. Bukan menimbang-nimbang dengan logika duniawi, tetapi menunduk dengan nurani yang bening. Ia adalah pemimpin yang tak haus pengakuan, tapi hadir sebagai pemenuhan janji Tuhan.
Maka, tugas kita bukan menebak-nebak siapa dia. Tetapi menyiapkan hati agar bisa menjadi sahabatnya. Menjadi bagian dari barisan kecil yang tak ragu untuk berdiri bersamanya, meski seluruh dunia menolak. Ia adalah kenyataan yang akan datang dengan pasti, membawa cahaya dalam gelap, keadilan dalam porak-poranda.
Jika ia datang esok pagi, siapkan hati mengenalinya. Siapkan jiwa menunduk saat semua orang menolak, dan siapkan langkah bergerak menuju kebenaran, meski tak ada jaminan kesenangan.
Sebab dalam akhir zaman ini, bukan jumlah yang akan menang, tapi ketulusan yang akan dikenang.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Recent

About Me

Foto saya
Kita tidak akan mendapatkan hasil berbeda, jika tetap melakukan hal yang sama...

Bottom Ad [Post Page]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Full width home advertisement