BELAJAR DARI CORONA (2)

Per September 2020, hati ini dag dig dug... Jangan-jangan akan ada kejadian luar biasa di negeri paman sam (Amerika Serikat), setelah beberapa puluh tahun terakhir ramalan armageddon selalu hoaks, kiamat lah, tumbukan meteor dll, rame di pemberitaan tetapi fakta nya nihil. Tidak ada se-upil meteor pun yang menyelinap berhasil masuk ke bumi di hari-hari ramalan tersebut.
Ah sudahlah, bisa jadi ramalan kali ini, tentang tsunami covid di sana juga hanya iseng doank, agar koran menjadi banyak terjual, konten-konten video menjadi banyak yang melihat.
Namun, melihat video kengerian kejadian corona di awal tahun 2020, di mana korban yang awalnya berjalan tenang, tiba2 ambruk tak sadarkan diri, koma, bahkan (katanya) mati, masih menyisakan kesan di hati bahwa hal yang sama akan terjadi di sana. Betapa tidak, mereka demo rapat2an, tanpa jaga jarak, tanpa masker, dan TENTUNYA belum ada yang di vaksin.
Toleransi waktu 3 bulan yang ku berikan, sepertinya juga cukup lama. Mengingat (sekali lagi katanya), virus ini mampu menunjukkan keperkasaannya hanya dalam rentang waktu 14 hari, terpapar, maka seolah sudah keluar surat penetapan waktu rentang hidup selama itu. Jika mampu bertahan, lanjut. Jika tidak, sudah saatnya untuk menulis surat wasiat dan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia.
Hari-hari pun berlalu, dan tak terasa matahari 1 Oktober 2020 sudah bersinar di langit. Berita yang ditunggu tak jua datang. Saya pun browsing ke sana kemari. Mulai dari yang selama ini begitu vulgar mempertontonkan berita covid sampai ke sumber yang terkesan malu-malu. Tidak ada berita kematian massal di sana. Bahkan di kalangan konspirator, kejadian ini semakin menjadi pertamax yang membuat ledakan ketidakpercayaan terhadap pandemi ini semakin menjadi-jadi. Saya yang awalnya masih meringkuk dalam selimut kedinginan, perlahan terhangatkan. Why...? mengapa kok semua nya berlalu biasa saja. Bukankah katanya virus ini mematikan? Mengapa tidak ada yang mati bergelimpangan seperti "iklan" yang saya lihat di awal tahun (di tahun 2021 ini, "iklan" yang hampir sama di putar lagi. Lokasinya bukan di Wuhan, tetapi di India, dengan tambahan sedikit caption; mutasi covid-19 varian bla bla).
Baiklah, mulai saat itu saya pun semakin open mind dengan pemikiran-pemikiran yang mengganggap bahwa covid ini bukan pandemi, melainkan plandemi. Sesuatu yang direncanakan dan dibesar-besarkan. Sederhananya, saya sudah tidak percaya lagi dan mulai melihat dari sudut pandang berbeda.
---
Saya menyakini, covid itu ada. Tetapi bahaya nya hanya ada di sosmed saja. Saya pun setuju dengan sikap awal pemerintah dulu, yang dalam hal ini diwakili oleh Menteri Kesehatan periode sebelumnya, yang menyatakan bahwa; covid itu adalah penyakit yang bisa sembuh dengan sendirinya.
Namun, ada beberapa hikmah yang dapat saya ambil, paling tidak untuk saya sendiri;
1. Saat ini orang-orang sudah terbiasa dengan masker. Saya pun memakai masker, walau hanya sekedar menutup mulut doang atau tergantung di leher. Motivasinya bukan karena ketakutan dengan virusnya, melainkan takut di denda, ribet juga urusannya jika harus kehilangan 200ribu hanya karena masker seharga 10ribu. Jadi saya biarkan masker tersebut menjadi aksesoris leher. Minimal saya lebih percaya diri ketika harus berbicara lebih dekat dengan teman-teman. Ya, saya tidak perlu berprasangka, nafas ini segar atau bau dan lumayan menghemat pengeluaran tidak perlu lagi membeli mouthwash. Masker ini seolah menjadi berita baik untuk para akhwat yang bercadar. Saya masih ingat, betapa dulu mereka di bully, di caci maki, di bilang ini itu, dll... Sekarang mereka aman. Betapa tidak, jangan kan perempuan, laki-laki pun sekarang bermasker, yang dipasang dan menutupi lokasi yang sama persis seperti cadar, yang membedakan hanya motivasinya saja. Semoga kalian para akhwat yang memilih bercadar, tetap istiqomah dengan pilihannya, dan tentu motivasi awalnya.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Recent

About Me

Foto saya
Kita tidak akan mendapatkan hasil berbeda, jika tetap melakukan hal yang sama...

Bottom Ad [Post Page]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Full width home advertisement