DIA TIDAK PERNAH MENINGGALKAN HAMBANYA

Tak ada tempat untuk berpaling. Tak ada bahu untuk bersandar. Hanya tubuh yang lelah, hati yang terguncang, dan beban yang semakin berat.
Maryam duduk di bawah naungan sebuah pohon kurma, nafasnya memburu. Rasa sakit menjalari setiap inci tubuhnya, seperti gelombang yang datang berulang, menenggelamkannya dalam perih yang tak terlukiskan. Tangannya mencengkeram tanah, jari-jarinya gemetar. Bukan sekadar rasa sakit fisik, tetapi juga ketakutan akan dunia yang tidak akan memahami, yang tidak akan memaafkan.
"Alangkah baiknya jika aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23).
Hatanya bergetar. Pikiran itu menghantamnya dengan begitu keras. Seumur hidup, ia menjaga kehormatan, hidup dalam ibadah, jauh dari segala noda. Namun kini, perutnya yang membesar akan menjadi saksi bagi dunia yang kejam, dunia yang hanya tahu menghukum sebelum bertanya, menghakimi sebelum mendengar.
Kaumnya akan bertanya, akan mencemooh, akan melemparkan tuduhan tanpa ampun. Mereka tidak akan peduli pada kebenaran. Mereka hanya akan melihat seorang perempuan yang datang membawa anak tanpa seorang suami.
Bagaimana ia bisa menjelaskan sesuatu yang mustahil dijelaskan dengan logika manusia? Bagaimana ia bisa menyampaikan bahwa bayi ini bukan dosa?
Dan di saat ia merasa benar-benar sendiri, di ambang kehancuran, suara lembut menyentuh jiwanya.
"Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai mengalir di bawahmu." (QS. Maryam: 24).
Air mengalir di dekatnya. Sejuk, seolah ingin mengatakan bahwa ia tidak pernah benar-benar sendirian. Dan di atasnya, pohon kurma yang kokoh berdiri, dahannya menggantung berat dengan buah yang matang.
"Goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya ia akan menjatuhkan buah kurma yang masak kepadamu." (QS. Maryam: 25).
Dalam kepayahan, tangannya terangkat, menyentuh batang pohon itu. Hanya sedikit kekuatan yang tersisa dalam tubuhnya, namun cukup untuk mengguncang pohon besar itu. Dan dari atas, kurma-kurma jatuh, satu per satu.
Di tengah kesakitan, di tengah kepedihan yang mendera, ada tanda kasih dari Tuhan yang tak pernah disangka.
Tetapi perjalanan belum selesai.
Maryam tahu, ia harus kembali. Ia harus menghadapi dunia yang telah menunggu dengan tuduhan di lidah mereka, siap melontarkan hinaan yang lebih tajam dari pedang.
Kaki melangkah ke kota, perlahan. Setiap langkah terasa seperti membawa beban yang tak kasat mata.
Wajah-wajah menoleh ke arahnya, mata-mata melebar dalam keterkejutan. Bisik-bisik menjalar seperti api yang menyambar ranting kering.
"Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar!" (QS. Maryam: 27).
Maryam hanya diam. Ia menundukkan kepala, bukan karena malu, tapi karena hatinya telah pasrah pada ketetapan-Nya. Ia tak menjawab, tak membela diri, tak berusaha menjelaskan.
Karena ia tahu, Tuhannya telah memerintahkan sesuatu yang lebih besar dari kata-kata.
Ia hanya mengangkat tangannya dan menunjuk pada bayi kecil dalam dekapannya.
Seisi kota terdiam.
Lalu ledakan tawa dan cemoohan pun pecah. "Bagaimana mungkin kami berbicara dengan bayi yang masih dalam buaian?"
Dan saat itulah, keajaiban itu terjadi. Bibir kecil itu terbuka, dan suara yang belum pernah didengar manusia sebelumnya mengalun, memenuhi udara dengan keajaiban yang menggetarkan jiwa.
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi." (QS. Maryam: 30).
Sunyi. Dunia terasa berhenti berputar.
Yang semula menuduh kini menahan nafas. Yang semula mencemooh kini membeku dalam keterkejutan.
Di hadapan mereka, seorang bayi berbicara, bukan dengan suara manusia biasa, tetapi dengan perkataan yang membawa kebenaran.
Dalam sekejap, segala tuduhan runtuh. Segala hinaan sirna. Yang tersisa hanya kebisuan, dan keimanan yang bergetar di hati mereka yang menyaksikan.
Maryam tetap diam. Ia telah melewati badai, dan kini, angin telah reda.
Tuhan tidak pernah meninggalkannya.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Recent

About Me

Foto saya
Kita tidak akan mendapatkan hasil berbeda, jika tetap melakukan hal yang sama...

Bottom Ad [Post Page]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Full width home advertisement