Dajjal adalah tokoh sentral dalam eskatologi Islam, digambarkan sebagai pendusta terbesar dan salah satu tanda besar kiamat. Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim menyebutkan bahwa ia akan berada di bumi selama 40 hari, dengan tiga hari pertama memiliki panjang waktu yang berbeda. Rentang waktu yang unik ini menimbulkan berbagai tafsir. Beberapa ulama memahaminya secara literal, sementara yang lain menilai bahwa hal ini menggambarkan fase-fase pengaruh dan penipuan Dajjal. Mengingat signifikansi angka 40 dalam sejarah Islam, studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi apakah hadits ini mengandung makna metaforis daripada sekadar batas waktu keberadaan.
Dalam studi eskatologi Islam, ulama telah membahas fenomena Dajjal dalam berbagai perspektif. Tafsir klasik seperti Tafsir Ibn Kathir menjelaskan bahwa peristiwa kemunculan Dajjal adalah ujian besar bagi umat Islam, sedangkan ulama modern seperti Yasir Qadhi dan Haitham Al-Haddad cenderung melihatnya dalam konteks pengaruh global yang berkembang seiring waktu. Angka 40 sendiri memiliki kedudukan penting dalam sejarah Islam, sering dikaitkan dengan fase transformasi dan ujian. Oleh karena itu, pendekatan tekstual dan kontekstual terhadap hadits ini menjadi penting dalam memahami maknanya secara lebih luas.
Aspek yang menarik dalam Analisis hadits tentang Dajjal adalah struktur penyampaian waktunya yang tidak biasa. Disebutkan bahwa hari pertama akan terasa seperti satu tahun, hari kedua seperti satu bulan, dan hari ketiga seperti satu minggu, sebelum kembali ke hari-hari normal. Jika dipahami secara literal, hal ini menimbulkan anomali dalam konsep waktu di kehidupan manusia. Para ulama kemudian berpendapat bahwa ini lebih menggambarkan tahapan pengaruh Dajjal daripada rentang waktu keberadaannya secara fisik. Interpretasi ini diperkuat oleh berbagai contoh dalam sejarah Islam yang menunjukkan bahwa angka 40 sering kali melambangkan periode ujian dan transformasi spiritual.
Turunnya Nabi Isa sebagai figur yang akan membunuh Dajjal juga menjadi indikator bahwa eksistensi Dajjal tidak terbatas dalam kurun waktu 40 hari yang disebutkan dalam hadits. Jika masa pengaruhnya benar-benar hanya 40 hari, maka urgensi intervensi ilahi dalam bentuk kedatangan Nabi Isa menjadi kurang signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa 40 hari lebih mencerminkan tahapan dominasi dan penyebaran fitnah Dajjal daripada durasi keberadaannya yang sebenarnya. Dengan demikian, pemahaman terhadap hadits ini perlu memperhitungkan aspek metaforis dan konteks sejarah yang lebih luas, bukan hanya sekadar angka yang tersurat dalam teks.
Studi ini menyimpulkan bahwa 40 hari dalam hadits tentang Dajjal lebih mungkin merupakan representasi fase pengaruhnya daripada durasi keberadaannya secara literal. Penggunaan angka 40 dalam Islam mendukung hipotesis bahwa ini lebih merujuk pada periode ujian besar daripada batasan waktu konkret. Selain itu, turunnya Nabi Isa untuk mengakhiri fitnah Dajjal menunjukkan bahwa eksistensi Dajjal berlangsung lebih lama dari 40 hari yang disebutkan, memperkuat perlunya interpretasi non-literal terhadap hadits ini.
---
REFERENSI
Muslim, I. (n.d.). Sahih Muslim. Hadits No. 2937.
Ibn Kathir, I. (2003). Tafsir al-Qur'an al-Azim. Riyadh: Darussalam.
Qadhi, Y. (2021). The Reality of Dajjal. London: Al-Maghrib Institute.
Al-Munajjid, M. (2020). Signs of the Last Hour. Riyadh: IslamQA Publications.
Al-Haddad, H. (2019). Understanding the Fitnah of Dajjal. London: Islamic Research Foundation.