SUDAH SAMPAI DIMANA KITA...?


Ketika kabar keraguan itu berembus, seperti badai yang mengguncang ketenangan. Riak kekhawatiran menjalar di tengah jamaah, menjadi bisik-bisik yang berlarian dari satu hati ke hati lain. Mata yang resah, bibir yang bergetar, dan pertanyaan yang tak terucap. Namun, di tengah kegelisahan itu, Guru berdiri teguh. Wajahnya teduh, suaranya tenang, setiap kata yang keluar darinya adalah embun yang menyejukkan hati yang gundah. Tidak ada kemarahan, tidak ada kekecewaan. "Tetaplah tenang," pesannya, "Jangan terprovokasi. Utamakan ukhuwah, jaga persatuan. Serahkan proses pengkajian kepada yang berwenang, dan terimalah masukan dengan hati terbuka."
Kata-kata itu bukan sekadar nasihat. Ia adalah tameng, perisai yang menangkis gelombang kebimbangan. Sebuah pijakan yang meneguhkan hati yang rapuh.
Seiring waktu, langkah demi langkah ditempuh dengan bijaksana. Guru tidak memilih jalan perdebatan, tetapi keterbukaan. Dibentuknya tim khusus, bukan untuk beradu argumen, tetapi untuk menjadi jembatan kebenaran. Dalam langkah nyata, tim bertemu dengan tokoh masyarakat, berdialog dengan lembaga pemerintahan, memberikan klarifikasi dengan penuh keterbukaan, berbicara dengan keteduhan, menjelaskan dengan ketulusan, membuka tabir dengan kejujuran. Setiap pertanyaan dijawab, setiap kebingungan dijernihkan.
Ketika Tim Pengkajian dan Penelitian MUI Kalimantan Barat datang. Langkah mereka tenang, sikap mereka terbuka. Tidak ada permusuhan, tidak ada tatapan curiga. Mereka datang bukan untuk mengadili, dan kami menyambut mereka bukan dengan kekhawatiran, tetapi dengan kehangatan.
Tidak ada tembok pemisah, tidak ada ketegangan yang menyesakkan. Hanya senyum yang tulus, jabat tangan yang hangat, dan sapaan yang bersahabat. Mereka duduk bersama kami, bukan sebagai penyidik, tetapi sebagai saudara yang ingin memahami. Pertanyaan yang mereka ajukan pun tidak melukai.
Setiap data yang mereka kumpulkan, setiap penjelasan yang mereka catat, mengalir dengan jernih tanpa hambatan. Tidak ada tuduhan yang menggantung, tidak ada interogasi yang mengintimidasi. Yang ada hanyalah percakapan, sebuah dialog penuh kedewasaan.
Kami duduk bersama, bercerita, berbagi pandangan. Bukan hanya tentang laporan, tetapi tentang ukhuwah, tentang pentingnya saling memahami. Seolah-olah bukan sebuah pengkajian yang sedang terjadi, melainkan pertemuan keluarga yang lama tak bersua. Ada senyum, ada ketenangan, ada tawa, ada canda.
Pertemuan pertama ini bukanlah akhir. Jadwal sudah disepakati, proses akan terus kami jalani. Namun, ada hal yang perlu kami sampaikan. Tidak pernah ada surat panggilan. Tidak ada yang mangkir atau menghilang. Tidak ada yang bersembunyi atau menghindar. Yang ada hanyalah ketulusan yang bertemu dengan keterbukaan.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Comments

Recent

About Me

Foto saya
Kita tidak akan mendapatkan hasil berbeda, jika tetap melakukan hal yang sama...

Bottom Ad [Post Page]

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Full width home advertisement